Juli 2014, Bandung

Perjalanan panjang yang cukup membosankan, Bandung yang sangat dingin di subuh hari harus berubah drastis ketika mulai memasuki daerah Jabodetabek, perjalanan pulang ke kampung halaman adalah momen yang paling ditunggu-tunggu, wajar saja kalau Saya sendiri tidak sabar melihat wajah kota yang telah setahun saya tinggalkan. Saya dan teman saya mencoba mempercepat waktu dengan mengobrol tentang banyak hal, dan akhirnya sampailah pada sebuah pembicaraan tentang gagasan ini. 

Ini kepulangan kami yang kedua, pulang hanya setahun sekali dan menjelang lebaran adalah resiko yang diambil para perantau jauh yang ingin menghemat pengeluaran Orang tua. Hingga sampai di sebuah bandara yang membuat kami bersyukur telah sampai dengan selamat, Bandara Haluoleo tidak banyak berubah. Perjalanan melelahkan segera hilang begitu menginjakkan kaki di Bumi Anoa ini dan bertemu siapa saja yang kami kenal ketika pertama kali sampai. Saya dan teman saya akhirnya berpisah di bandar udara, lalu melanjutkan perjalanan pulang dengan jemputan masing-masing. 

Perjalanan dari Bandara ke Kota tidak begitu jauh, tidak banyak perubahan, Kendari masih tetap sama. Bahkan ada sebuah jembatan kecil yang dibangun di tengah perjalanan sepertinya belum selesai, "ini bukannya dari tahun kemarin?" pikirku melihat keadaan jembatan sementara tersebut. Masih dengan jalan yang berlubang, Pembangunan yang monoton, dan wajah kota yang tidak banyak berubah. Miris sekali, 

Menyalahkan pemerintah? Untuk apa? Hampir setiap hari mereka di kritik, di media, maupun secara langsung oleh massa. Mungkin mereka sudah berusaha tapi belum maksimal, atau mungkin mereka juga sudah mati rasa. 

Kendari memang jauh berbeda dari tempat kami menuntut ilmu, tapi tetap saja kota ini menyimpan banyak hal yang tidak kita dapatkan di kota lain. Berkembang atau tidak nya kota ini toh, kita akan kembali lagi kesini. Sayangnya tidak demikian, Kota ini punya potensi untuk berkembang, Beberapa dari kalian yang membaca tulisan ini pasti juga berpikir sama. Rasa cinta terhadap kota harusnya bisa kita konveksi dalam bentuk semangat untuk bersama-sama membantu kota menyelesaikan masalah. Anak muda punya kekuatan untuk itu!

Kembali ke ide yang kami dapatkan di perjalanan, perkembangan kota bisa kita ubah lewat banyak cara. Misalnya Pariwisata! Yah! Pariwisata. Kota ini bisa saya beberapa tahun lagi menjadi kota pariwisata. Menjadi kota Pariwisata sama sekali tidak merugikan siapa-siapa. Perekonomian yang naik, kesejahteraan untuk masyarakat menengah ke bawah, sehingga dengan sendirinya kota ini punya alasan untuk segera berbenah. 

Bagi yang kuliah di luar kota khususnya pulau jawa, atau bagi mereka yang sering berpergian ke luar kota pasti sering ditodong pertanyaan "Kendari itu dimana?" pertanyaan itu terus terulang-ulang bahkan sampai tahun ke 3 saya kuliah. Atau ketika mereka menyebutkan kota-kota di sulawesi yang dipikiran mereka hanya "Makassar" "Palu" "Manado" "Wakatobi". Ini juga menjadi salah satu pengalaman saya ketika mewakili provinsi di Semarang, tahun 2011 lalu. Bahkan ketika panitia lupa mengabsen provinsi Sulawesi tenggara. Pasalnya, Sulawesi tenggara disingkat seenaknya menjadi Sulteng, jadi perwakilan Sulawesi tengah lah yang akhirnya mengambil jatah absen saya. Bahkan lebih lucu lagi, di novel "Jakarta Underkompor" milik blogger kocak yang menamai dirinya "Arham Kendari" memilih topik tentang kota Kendari yang kurang terkenal khususnya di masyarakat kota-kota besar, bahkan dalam novel tersebut dijelaskan bahwa Arham pernah chatting dengan seseorang yang menganggap kendari itu di pulau Papua! haha. 

Jika berpikir sejenak, sebenarnya apa yang paling mendasar kekurangan dari kota ini? Jawabannya adalah Promosi! Tercetuslah ide untuk membuat sebuah website pariwisata yang memiliki tampilan yang menarik (Pasti pusing kalau liat tampilan website official kota). Setelah melakukan riset kecil-kecilan dan mengumpulkan tim, kami melupakan satu hal, kami tidak mendapat kepercayaan dari manapun, hal ini dikarenakan kami belum terbentuk sebagai sebuah komunitas atau organisasi. Akhirnya terbentuklah komunitas kecil-kecilan dan belum resmi yang kami namakan Kendari Care, Care sendiri kependekan dari Creative and Share. Sayangnya tahun lalu juga belum maksimal, sedikitnya waktu liburan membuat kami harus kembali ke kota perantauan masing-masing dan berharap ada sedikit waktu di tahun ini.

Kendari Care sendiri pada tujuan awalnya berharap jadi wadah anak muda Kendari untuk berkolaborasi dan beraksi untuk menyelesaikan isu-isu sosial maupun lingkungan yang ada di kota. Memiliki komunitas / Organisasi yang memiliki struktur dan sistem yang baik serta anggota yang banyak bukan menjadi harapan kami, Kendari care terbentuk untuk membantu dalam menyelesaikan atau mengurangi masalah. Semakin movement yang berhasil kami buat dan menginspirasi adalah harapan kami kelak. Semoga.

Terakhir, izinkan saya mengutip sebuah quote dari Walikota Bandung yang terkenal karena gagasan kreatif nya

"Negeri ini butuh banyak pemuda pencari solusi, bukan pemuda pencaci maki"